| A.S. Laksana | Tidak sedikit kawan saya yang menanyakan kenapa saya mendalami hipnosis. Beberapa malahan menanyakan, "Kau mau alih pr...

Saya dan Hipnosis

10:58 AM A.S. Laksana 6 Comments

| A.S. Laksana |

Tidak sedikit kawan saya yang menanyakan kenapa saya mendalami hipnosis. Beberapa malahan menanyakan, "Kau mau alih profesi jadi dukun, Bung?"

Untuk pertanyaan yang terakhir, saya harus berterus terang bahwa saya tidak kuat berendam tujuh hari tujuh belas malam di empang. Atau bertapa di puncak gunung Rinjani. Atau menelanjangi diri dan masuk ke dalam gua seperti Ratu Kalinyamat.

Saya mendalami hipnosis lebih belakangan ketimbang penulisan kreatif, yang memang sejak lama menjadi minat utama saya. Perkenalan saya dengan hipnosis berlangsung bertahap. Oh, yang saya maksud bertahap di sini tentu berbeda dengan jenjang karir di perkantoran yang dimulai dari office boy, lalu naik pangkat, lalu naik pangkat lagi, naik pangkat lagi hingga menjadi direktur utama. Tidak seperti itu.

Yang bertahap di sini hanya soal waktu perkenalannya. Sebelum hipnosis, saya lebih dulu berkenalan dengan EFT (Emotional Freedom Techniques), sebuah teknik yang dipelopori oleh Gary Craig. Ini teknik untuk membereskan apa saja, kira-kira semacam doa sapu jagat. Dan memang begitu. Kata Gary Craig, "Try it on everything." Maka saya ikuti saja, karena mudah dan tidak memberikan efek samping, dan rupanya manjur.

Di Indonesia teknik ini diperkenalkan dengan nama SEFT (Spiritual Emotional Freedom Techniques), tetapi sesungguhnya nyaris tidak ada perbedaan mendasar mengenai tekniknya. Menambahkan kosakata "Spiritual" di depan EFT adalah teknik pemasaran yang jitu, sebab kosakata itu sangat menggiurkan bagi publik Indonesia--selain Quantum dan Holistik. Maka, jika anda menawarkan sesuatu, jangan lupa cantumkan salah satu kosakata itu. Anda bisa menawarkan nama Spiritual NLP, Quantum Hipnosis, atau anda borong ketiganya sekaligus menjadi "Spirtual-Quantum-Holistik NLP/Hipnosis/Reiki/Meditasi"

Salah satu prinsip utama EFT adalah mencari tahu akar emosional atau isu utama yang melandasi setiap simptom; itu pekerjaan menantang. Begitu kita bisa menemukan itu dan menyingkirkannya, maka simptom akan lenyap. Orang kadang-kadang suka mengakui bahwa dirinya baik-baik saja meskipun kondisi tubuh atau perilakunya jelas menunjukkan ia tidak baik-baik saja.

"Kalau saya menguasai hipnosis, pasti mudah menemukan akar emosional seseorang," pikir saya. Pikiran semacam itu menjerumuskan saya dalam-dalam ke wilayah hipnosis. Beberapa tahun setelah mendalami hipnosis, saya tetap terheran-heran bahwa ternyata ada juga orang yang menawarkan pelatihan hipnosis untuk membikin teler ayam, kura-kura, cecak, kelinci, kambing, dan hewan-hewan lainnya.

Itu saya kira variasi lain dalam teknik pemasaran. Memang, selain memanfaatkan kosakata Spiritual atau Quantum atau Holistik, anda bisa menawarkan kejutan dengan membuat iklan: "Metode termudah menghipnotis tapir".

Karena saya tidak pernah bercita-cita menjadi pawang jerapah atau tapir atau burung onta, maka biarlah itu menjadi urusan mereka saja. Kalaupun suatu ketika saya ingin membikin teler ayam-ayam tetangga, saya akan meminta bantuan hipnotis yang mendedikasikan diri untuk mensugesti pelbagai jenis unggas.

Saya hanya berminat menerapkan hipnosis kepada manusia. Saya membaca karya-karya Milton Erickson dan banyak buku hipnosis lainnya, dan terutama saya mengagumi Erickson. Mbah Milton ini jagoan dalam menundukkan simptom apa pun. Namun saya belum pernah menemukan, dalam tulisan-tulisannya atau dalam tulisan orang-orang tentangnya, bahwa ia pernah melakukan eksperimen untuk menghipnotis burung bulbul tetangganya.

Kenapa Erickson?

Karena menurut saya ia Si Nomor Satu dalam hipnosis. Namun saya tidak menghalangi atau berkeberatan jika ada orang lain menyebutnya Si Nomor Empat, atau Si Nomor Dua Belas. Yang jelas, karena berfokus pada pendekatan Mbah Milton Erickson ini maka selamatlah saya dari kecenderungan merengek yang sering diperdengarkan oleh para pembelajar hipnosis setengah klenik dan setengah malas: "Kalau untuk mengatasi penyakit kesurupan sugestinya bagaimana, ya?", atau "Kalau untuk mengatasi penyakit sipilis bagaimana bunyi sugestinya?", atau "Untuk mengatasi masalah diuber-uber rentenir, bagaimana sugesti yang mujarab?"

Yah, sebagian orang memang menyamakan sugesti hipnotik dengan mantra. Bahkan ketika mereka belajar hipnosis, pengetahuan mereka sama awamnya dengan pendapat salah kaprah yang mempercayai bahwa hipnotis punya kekuatan supranatural. Saya kira pembelajar yang begini ini patut dilaporkan ke Polsek terdekat.

Masalah remeh lain yang sering diributkan adalah tingkat sugestibilitas atau derajat hipnotisabilitas orang. Ujung-ujungnya, "Yah, kita tinggalin aja deh subjek yang memang tidak bisa dihipnotis."

Tentu saja ada orang yang sangat mudah dan ada orang yang lebih sulit dihipnotis, mungkin juga ada orang yang perlu waktu 3 hari 7 malam untuk bisa dibikin trance. Tetapi, ketimbang meributkan derajat hipnotisabilitas orang, saya lebih mempercayai Milton Erickson bahwa selama orang bisa mencerna kata-kata, dalam arti tidak dungu sama sekali dan tidak mengalami kerusakan fisik pada otaknya secara permanen, ia pasti bisa dihipnotis.

Akhirul kalam, situs ini dimaksudkan untuk mendukung upaya siapa pun yang berminat menyebarluaskan pemahaman yang lebih beres tentang hipnosis. Saya yakin, pemahaman yang beres tentang hipnosis akan menjadikan teknik ini jauh lebih optimum untuk mencapai kemungkinan terbaiknya. Selain itu, juga akan membuat masyarakat luas lebih waspada terhadap, dan mudah menghindari, bentuk-bentuk kejahatan yang dalam beberapa hal menggunakan teknik-teknik atau prinsip-prinsip hipnosis.

 

6 comments:

  1. sebenarnya saya sangat menghindari komentar yang cuma berisi satu atau dua kata seperti "nice post" dan atau "great" tapi kali ini terpaksa saya memang harus menuliskannya. "nice post" mas laksana... :)

    ReplyDelete
  2. salam kenal mas Laksana,
    saya baru mempelajari hipnotis dan cara kerja pikiran. mba Milton memang salah satu maestro hipnotis yg luar biasa. tidak perlu menidurkan subjek, tapi bisa menembus kritikal faktor dgn mudah....

    numpang belajar boz....

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaikum

    Mas... mas... disamping saya ini kutu buku yang menyebabkan saya tuku buku. sepertinya saya tertarik dengan buku jenengan yang ada tulisan milton erickson pola sugesti dan strategi terapi dicovernya.

    och ya saya juga sedang mempelajari menulis buku. dan sekarang saya sedang mempelajari bagaimana membuat judul yang bagus. Mungkin menulis tentang pepatah, goyangan patah-patah, menarik juga ya. jika tidak menarik minimal mendorong.

    Ngomongin pepatah, jadi sadar ada pepatah JANGAN membeli gajah didalam karung kecuali karungnya bersulam emas dan permata, saya tidak tahu apakah ini mitos atau hanya sekedar kebenaran. Untuk mematahkan mitos ini, bagaimana jika saya mendapat kiriman buku yang saya sebut diatas selanjutnya membacanya sembari nunggu panen sampai tuntas. jika memang isinya benar GAJAH selanjutnya saya membayarnya.

    Mangsudnya, saat selesai saya membaca bertepatan dengan panen sawah saya. Tapi,saya sendiri tidak yakin kapan panennya, karena dinas pertanian yang isinya para sarjana pertanian, yang mengaku memiliki teknologi mutakir dalam teknik menggarap rumput yang berbuah beras ini saja juga tidak yakin kapan panennya. dikarenakan nakalnya hama wereng yang sedang menjaili sawah petani.

    Jangan-jangan Hama wereng dan hama RI (KORUPTOR)bekerja dalam instansi yang sama, yang tugasnya membuat rakyat dinegeri agraris ini akan sulit menikmati berlian-berlian dari rumput yang ditanamnya.

    Saya juga penganut Hipnosis seperti njenengan, yang terkadang beberapa insyaAllah guru mengatakan ndak perlu agama, berpegang pada ngelmu hipnosis saja sudah cukup. Beberapa insyaAllah guru mengklaim dirinya dapat menghipnosis binatang.

    Alhamdulillah Para insyaAllah guru hipnosis binatang bersedia menghipnosis wereng yang lagi berjemur di area persawahan. Saat mereka melakukan tes sugestibilitas pada wereng, katanya werengnya TIDAK sugestibel dan tidak FOKUS, lantas sembari pringas-pringis mereka berpamitan. mungkin fokusnya sedang terfokus pada pemberitaan pembangunan gedung DPR yang baru.

    Mungkin media sangat berpengaruh pada semua sisi kehidupan bangsa ini, sampai-sampai wereng saja memfokuskan dirinya keberita berita yang ditayangkan.

    Sebagai petani saya juga menyuarakan aspirasi petani. Aspirasi petani saya sampaikan kepada para anggota dewan. Tapi, saya sudah bersuara dengan lantang. Sayang mereka TIDAK mendengar mungkin mereka telah tersugesti "Suara-suara disekitar anda membuat anda semakin menikmati film kemproh di samsung galaxy anda, anda semakin nyaman dan tentram didalam sidang pariporno sekarang ini".

    Mudah-mudahan Dewan yang InsyaAllah terhormat disamping membangun gedung baru juga membangun perekonomian rakyat, seperti petani, sehingga panen dapat segera dinikmati petani.

    Yang endingnya saya dapat membeli kado untuk ULANG TAHUN pada tanggal 29 dibulan keempat berupa buku MILTON ERICKSON pola sugesti dan strategi terapi. Penulis A.S LAKSANA

    Aamin...

    Salam kenal dan sampai jumpa mas

    Wasalamu'alaikum


    FAJAR ADI WIBOWO (JAMAAH FACEBOOK)

    ReplyDelete
  4. Saya sangat menghargai usaha mas laksono, di tengah maraknya virus kapitalisasi dan virus pembodohan yang melanda dunia hipnotisme.... dan dunia self help lainnya...
    Lanjuuut mas.....

    ReplyDelete
  5. Wah saya sebenarnya paling malas kalau jawab Idem, Nderek, Ngikut atau apa. Tapi kali ini saya setuju dengan pendapat dan pendapatan sahabat saya Fajar Adi Wibowo saking Klaten.

    Salam
    Anton Solo ( Korban Hipnotis Kapitalis )

    ReplyDelete
  6. saya seorang perawat mz...dan saya sangat ingin membantu klien saya baik secara medis dan mental...saya nyari kemana mana gak nemu buku yang seperti ini baru pembahasannya sekilas saja saya sudah tertarik sekali...teruskan mz....ilmu yang kau ajarkan pasti bermanfaat orang lain ketika kita sudah eafat...ilmu yang telah kita ajarkan mengalir terus mz......hidup bermanfaat matipun bermanfaat...teruskan mz....hebat......

    ReplyDelete